. . .

Tangisanku Kepada Ibu



Ibu adalah sosok pembawa bekal dasar kehidupan bagi anak-anaknya. Beliau menjadi pahlawan didepan Sang Pencipta melalui perjuangan dan doanya.

Yang paling saya ingat saat ini adalah bahwa doa seorang Ibu terhadap anaknya sama seperti doa seorang Nabi kepada umatnya. Ujian ataupun musibah dari Tuhan ‘seberat’ apapun akan ringan dengan konsep ini. Karena setiap pertimbangan dari masalah-masalah kehidupan akan terjawab dengan sederhana dan mudah jika dasar pokoknya adalah Ibu.

Pertanyaannya adalah sejauh mana kita harus taat terhadap orang tua terutama Ibu?

Disuatu malam saya soan ke ndalem habib (berkunjung ke rumah seseorang yang masih ada darah dengan Nabi SAW).  Dengan niat tulus silaturrahmi dan meminta fatwah (pertimbangan dan beberapa solusi) tentang masalah yang sedang saya hadapi saat itu. Ditengah perbincangan dengan wajah riang, beliau mengutarakan perkataan dengan nada ringan; “tidak ada seorang Wali yang tidak punya keistimewaan terhadap Ibunya”. Maksudnya seluruh Waliulloh pasti punya pengalaman tentang ketaatan terhadap Ibunya. Secara sadar saya berusaha memaknai kata-kata ini, karena saya yakin ada pelajaran untuk dijadikan teladan. “Sampean tau Habib Ali Pekalongan? beliau itu terkenal kewaliannya hanya dengan istiqomah menyirami rumput yang pernah ditanam oleh ibunya di pojokan rumah ketika ibunya masih hidup”.

Artinya betapa hormat ta’dzim sekali Habib Ali Pekalongan ini… mau-maunya tiap sore hari menyirami rumput yang pernah ditanam oleh almarhum Ibunya, padahal beliau bisa menyuruh santrinya yang jumlahnya ratusan itu.

Semakin saya faham bahwa Ibu adalah tonggak semangat perjuangan hidup, layaknya seorang sahabat sejati yang selalu mendorong dengan nasihat yang tersirat. Seperti apapun ‘permintaan’ Ibu terhadapa anaknya, dari situlah langkah yang harus secara serius kita fikirkan dan lakukan.

Nasehat lain dari seorang habib yang berdomili di desa Mlangi tepat disebelah ringroad barat Yogyakarta yang saya ingat adalah; “ketika kamu mau membangun rumah, selain untuk berteduh untuk anakmu dan keluargamu, niatilah membangunkan rumah untuk Ibumu.”

***

Ibu, selama seminggu ini yang aku rasakan adalah penyesalanku terhadapmu

Atas semua prilaku bodoh yang tidak aku sadari telah menyakiti hatimu

Karena sungguh perjuanganku selama ini belum ada apa-apanya dibanding ketulusan doamu

Semoga ini sebagai awal langkahku untuk mecapai kebahagiaanmu demi ridhomu

By : Maulana Saif Blok E

Comments
0 Comments